Makassar,1Detik.Info- Kuliner tradisional tetap memiliki tempat istimewa di hati masyarakat. Salah satunya adalah biji nangka, makanan khas Bugis yang menjadi simbol kehangatan dan kebersamaan. Kamis (09/1/2025).
Dengan cita rasa manis dan tekstur lembut, biji nangka tak hanya memanjakan lidah tetapi juga menyimpan cerita tentang budaya dan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun.
Meskipun namanya biji nangka, makanan ini sama sekali tidak menggunakan biji buah nangka sebagai bahan utama. Nama tersebut diambil dari bentuknya yang menyerupai biji nangka. Biji nangka dibuat dari campuran tepung beras ketan, santan, gula, dan kuning telur, yang diolah hingga menghasilkan tekstur lembut dan kenyal.
Dalam budaya Bugis, biji nangka sering dihidangkan pada acara adat, perayaan keluarga, atau sebagai tanda penghormatan kepada tamu.
Makanan ini melambangkan harapan akan rezeki yang melimpah dan hubungan sosial yang erat, mencerminkan nilai-nilai gotong-royong yang kental dalam masyarakat Bugis.
Pembuatan biji nangka membutuhkan ketelatenan dan kesabaran. Pertama, adonan tepung kentang dicampur dengan kuning telur hingga kalis, lalu dibentuk menyerupai biji nangka. Adonan ini kemudian direbus hingga matang dan disiram dengan kuah gula. Kuah yang manis dan gurih menjadi pelengkap sempurna yang menyatukan rasa dalam setiap gigitan.
Ketika mencicipi biji nangka, Anda akan merasakan sensasi manis dan gurih yang berpadu sempurna. Tekstur kenyal dari adonannya memberikan pengalaman makan yang unik, sementara aroma santan yang harum membangkitkan kenangan masa kecil bagi banyak orang Bugis.
Kue khas Bugis, Biji Nangka, kini hadir dengan inovasi baru. Jika sebelumnya kue ini dibuat dari tepung ketan, beberapa pembuat kue tradisional mulai menggunakan kentang sebagai bahan utama. Inovasi ini dilakukan demi menjaga tradisi sekaligus menyesuaikan selera masyarakat modern.
Rahmi, seorang pembuat kue tradisional di Kabupaten Bantaeng, mengaku sudah puluhan tahun terakhir berkreasi dengan bahan kentang. Menurutnya, tekstur kentang yang lembut memberikan rasa yang unik tanpa menghilangkan keaslian Biji Nangka.
"Kentang itu bikin kue lebih empuk, tapi tetap ada rasa tradisionalnya. Banyak pelanggan bilang rasanya lebih ringan," ujar Rahmi saat ditemui di rumah produksinya.
Sementara itu, Fitri, seorang konsumen yang ditemui di salah satu pasar tradisional di Bantaeng, mengungkapkan kesukaannya pada biji nangka versi kentang.
"Dulu saya suka yang pakai tepung ketan, tapi sekarang versi kentang lebih enak menurut saya. Teksturnya lebih lembut, dan rasanya tetap khas. Apalagi kalau dimakan hangat-hangat, rasanya bikin nostalgia," kata Fitri sambil tersenyum.
Di tengah derasnya arus makanan modern, biji nangka tetap menjadi kebanggaan masyarakat Bugis. Keberadaannya menjadi pengingat pentingnya melestarikan kuliner tradisional sebagai bagian dari identitas budaya. Bagi Anda yang berkunjung ke Sulawesi Selatan, mencicipi biji nangka adalah sebuah kewajiban untuk merasakan cita rasa autentik sekaligus memahami nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.
Hamzah, seorang budayawan asal Bantaeng, menyoroti pentingnya biji nangka sebagai simbol budaya masyarakat Bugis.
Menurutnya, kuliner tradisional seperti biji nangka adalah warisan leluhur yang harus terus dilestarikan. "Biji nangka bukan hanya sekadar makanan, tetapi ia membawa pesan tentang nilai-nilai gotong-royong, kerja keras, dan penghormatan terhadap tradisi. Setiap kali makanan ini dihidangkan, ia mengingatkan kita akan identitas dan akar budaya kita," ujar Hamzah.
Ia juga menambahkan bahwa inovasi dengan bahan kentang merupakan langkah yang baik, asalkan nilai tradisionalnya tetap dipertahankan.
Sebagai warisan kuliner yang kaya akan makna, biji nangka adalah lebih dari sekadar makanan—ia adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan masyarakat Bugis.(**)
0 Komentar