Ket foto : pekerja sekop di cucian tanah. |
1detik.info Batam – Cucian tanah di Nongsa bukan sekadar tempat mencari nafkah, tapi juga jadi tumpuan hidup bagi banyak orang. Pekerja sekop, sopir truk, hingga pedagang makanan semuanya menggantungkan hidup mereka pada aktivitas cucian tanah ini. Namun, meski jadi sumber penghidupan, cucian tanah ini kini berada dalam sorotan karena masalah legalitas dan dampak lingkungan yang sering muncul di media.
Surya (34), pekerja sekop di cucian tanah, mengatakan bahwa cucian tanah ini adalah penyelamat hidupnya. Setiap hari, dia bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. "Kalau nggak ada cucian tanah ini, kami nggak tahu lagi mau kerja di mana. Saya kerja dari pagi sampai sore, hasilnya buat bayar sekolah anak dan kebutuhan sehari-hari," ujarnya, Kamis (19/12/2024).
Herman (40), seorang sopir truk yang tiap hari mengangkut tanah dari cucian tanah, juga merasakan hal yang sama. Baginya, pekerjaan ini adalah tumpuan ekonomi untuk keluarga dan tiga anaknya yang masih sekolah. "Capek sih, tapi ini satu-satunya kerjaan yang bikin keluarga saya bisa makan. Kalau cucian tanah ini tutup, kami bingung mau kerja apa lagi," kata Herman.
Tidak hanya pekerja cucian tanah, cucian tanah ini juga memberikan manfaat besar bagi ekonomi masyarakat sekitar. Banyak warung makan, bengkel, dan usaha kecil lainnya yang mengandalkan aktivitas cucian tanah ini untuk bertahan hidup.
Yang menarik, cucian tanah ini juga jadi tempat silaturahmi bagi banyak wartawan. Hampir setiap hari ada saja teman-teman media yang datang, berkomunikasi, dan sering kali mendapat bantuan berupa uang minyak dari pengelola cucian tanah. Hubungan yang terjalin antara pengelola cucian tanah dan wartawan ini menciptakan ikatan sosial yang kuat di masyarakat. "Cucian tanah ini bukan cuma tempat kerja, tapi juga tempat orang saling bantu. Banyak wartawan yang terbantu di sini, jadi bukan hanya pekerja cucian tanah yang merasa manfaatnya," ujar salah seorang pekerja cucian tanah.
Pengamat sosial lokal, Andi (bukan nama asli), mengatakan cucian tanah ini memiliki peran lebih besar daripada sekadar sumber penghasilan. Bagi Andi, cucian tanah Nongsa adalah pendorong utama ekonomi mikro yang penting bagi masyarakat sekitar. "Ini bukan hanya soal pekerjaan, tapi juga soal kehidupan sosial. Banyak keluarga bergantung di sini, dan bahkan ada hubungan sosial yang terbentuk, seperti dengan wartawan atau masyarakat sekitar. Kalau cucian tanah ini tutup tanpa solusi yang jelas, dampaknya akan sangat besar bagi ekonomi keluarga dan sosial mereka," jelasnya.
Andi juga menyoroti pemberitaan yang sering kali hanya fokus pada sisi negatif cucian tanah. Menurutnya, media seharusnya juga memberi ruang untuk menampilkan bagaimana cucian tanah ini telah membantu banyak keluarga keluar dari kesulitan ekonomi. "Memang betul cucian tanah ini punya dampak lingkungan, tapi kita juga harus melihat dampak positifnya. Ada ratusan keluarga yang hidup dari sini, dan media perlu memberikan pandangan yang seimbang," tambahnya.
Saat ini, cucian tanah Nongsa terus jadi sorotan. Di satu sisi, ia menjadi sumber penghidupan penting bagi banyak orang, tapi di sisi lain, cucian tanah ini menghadapi masalah legalitas dan dampak lingkungan yang tidak bisa diabaikan. Warga sekitar berharap ada solusi bijak agar cucian tanah ini bisa terus beroperasi tanpa melanggar aturan yang ada.
"Untuk kami, cucian tanah ini bukan cuma soal kerja, ini soal hidup kami," tegas Surya dengan penuh harapan.
(Pahala Gultom)
0 Komentar