Mandailing Natal, Jurnalisme.info -
Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam aliansi Gerakan Mahasiswa Bintang Sembilan (GMBS) menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Mandailing Natal. Dalam aksi tersebut, para mahasiswa mendesak Ketua STAIN Mandailing Natal untuk mundur dari jabatannya, dengan alasan tidak mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara profesional. (16/10/24)
Aksi yang diikuti oleh puluhan mahasiswa ini mengusung beberapa tuntutan, di antaranya transparansi anggaran, keadilan dalam program Kartu Indonesia Pintar (KIP), profesionalisme dalam pengelolaan proyek pembangunan di kampus sampai kode etik yang tidak di indahkan oleh Dosen.
Berikut beberapa poin tuntutan yang disampaikan dalam unjuk rasa tersebut:
1. Transparansi Anggaran Organisasi Mahasiswa Intra Kampus
Mahasiswa menuntut Ketua STAIN Mandailing Natal untuk memberikan transparansi terkait anggaran organisasi mahasiswa intra kampus (Ormawa). Mereka menduga bahwa anggaran tersebut tidak terealisasi dengan sempurna, dan beberapa program mahasiswa tidak mendapatkan pendanaan yang sesuai dengan rencana.
2. Pemeriksaan Kembali Program KIP
Massa aksi juga meminta agar Ketua STAIN Mandailing Natal memeriksa kembali mahasiswa yang telah dinyatakan lulus sebagai penerima program KIP. Mereka menduga bahwa beberapa mahasiswa yang menerima KIP tidak sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sehingga perlu dilakukan evaluasi ulang.
3. Dewan Kehormatan Dosen Didesak Jalankan Fungsi
Para mahasiswa mendesak Dewan Kehormatan Dosen agar menjalankan tugasnya sesuai fungsi untuk memeriksa seluruh dosen dan staf di STAIN Mandailing Natal. Mereka mencurigai adanya kasus pencemaran harkat dan martabat dosen di lingkungan kampus yang belum ditindaklanjuti secara serius.
4. Transparansi Anggaran Pembangunan Gedung
Mahasiswa juga menyoroti kurangnya transparansi dalam anggaran pembangunan gedung kuliah terpadu dan gedung auditorium di STAIN Mandailing Natal. Mereka menuntut agar rincian anggaran biaya proyek ini dapat diakses publik, mengingat dugaan tidak adanya pamflet rincian anggaran yang dipublikasikan secara terbuka.
5. Dugaan Penggunaan Bahan Material Ilegal
Mahasiswa meminta klarifikasi terkait dugaan penggunaan bahan material ilegal dalam pembangunan gedung kuliah terpadu dan gedung auditorium. Menurut mereka, proyek tersebut harus diaudit secara menyeluruh untuk memastikan bahwa bahan-bahan yang digunakan telah memenuhi standar yang ditetapkan.
6. Desakan Ketua STAIN Mundur dari Jabatan
Puncak dari aksi ini adalah desakan agar Ketua STAIN Mandailing Natal segera mundur dari jabatannya. Mahasiswa menilai Ketua STAIN tidak mampu menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, terutama terkait pengelolaan kampus yang transparan dan profesional.
Aksi unjuk rasa berlangsung hampir ricuh, meskipun beberapa kali terjadi ketegangan antara mahasiswa dan petugas keamanan kampus. Orator aksi, Abdul Rahman, dalam orasinya menegaskan bahwa jika tuntutan mereka tidak direspon, mahasiswa akan terus melanjutkan aksi dengan skala yang lebih besar.
“Kami akan terus memperjuangkan transparansi dan keadilan di kampus ini. Kami tidak akan berhenti sampai ada kejelasan dan perubahan nyata. Jika Ketua STAIN tidak mundur, kami akan kembali dengan aksi yang lebih besar,” tegas Abdul Rahman
Hingga berita ini diturunkan, pihak STAIN Mandailing Natal belum memberikan tanggapan resmi terkait tuntutan mahasiswa. Namun, massa GMBS berencana untuk melakukan konsolidasi dan aksi lanjutan jika permintaan mereka diabaikan.
(Mulyadi)
0 Komentar