Curhatan Lusia Nauw Pedagang Pasar Yang Membuat Samaun Dahlan Berkaca-Kaca

 

Fakfak.1Detik.Info-

Waktu menunjukan pukul 16.20 menit saat itu, dihari kamis (19/9), ketika puluhan pedagang kecil dari pasar Kelapa Dua dan Pasar Tanjung Wagom mendatangi rumah perubahan yang menjadi Sekretariat Bakal Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Fakfak, Samaun Dahlan-Donatus Nimbitkendik di Jl. Imam Bonjol, Kelurahan Wagom Distrik Pariwari. 

Kehadiran mereka sontak membuat geger para Tim pemenangan termasuk juga kandidat Bupati Samaun Dahlan yang saat itu tengah melakukan pertemuan dengan sekelompok warga. Pasalnya, kehadiran para pedagang tersebut terjadi secara mendadak tanpa ada pemberitahuan. 

Rupanya, para pedagang pasar yang mayoritas Ibu-ibu ini ke tempat tersebut, berniat bertemu secara langsung dengan Samaun Dahlan. Raut wajah mereka terlihat lesu, mungkin karena seharian berjibaku dengan situasi pasar yang juga lesu belakangan ini. Meski demikian, ada secercah asa yang muncul manakala Samaun Dahlan hadir di tengah-tengah mereka. 

Sebelum berucap, Samaun dengan senyum khasnya telah memberi sinyal seolah-olah dirinya memahami betul apa yang bakal mereka keluhkan. Beban berat akibat himpitan ekonomi yang sesungguhnya sedang terjadi belakangan ini ? Tentu saja, itu keluhannya. 

Keluhan tersebut dipastikan bakal menjadi tanggung jawab dirinya bersama Donatus Nimbitkendik jika kelak terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati Fakfak periode 2024-2029. Tagline Perubahan relevan dengan kondisi real yang terjadi. 

"Saya bicara kondisi pasar saat ini. Kondisi pasar yang penuh damai dan sukacita itu hanya saat bapak Wahidin Puarada dan Bapak Mohamad Uswanas (Mantan Bupati Fakfak-red). Itu luar biasa. Tetapi yang sekarang ini, bukan lagi damai sukacita tetapi damai setengah mati." ujar Lusia, perempuan yang diketahui menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga saat sang Suami meninggal dunia. 

Lusia yang membiayai pendidikan anaknya dari hasil berjualan di pasar, mencurahkan segala beban hidupnya saat itu. Bahkan tanpa sadar, mata Lusia Berkaca-Kaca. Terlihat dengan jelas bagaimana perjuangan dirinya demi hidup dan masa depan anak-anaknya. 

"Tong sampah itu cape menerima ketimun, kacang panjang yang kami buang. Padahal, untuk pupuk saja kalau di Fakfak tidak ada maka kami harus ke sorong. Ini untuk membiayai anak kami kuliah. Kami setengah mati. Kami bawa ketimun satu karung, dua karung di zaman bapak Wahidin dan Uswanas itu, kami pulang bawa uang. Sekarang ini, satu hari kami bisa peroleh 50 ribu. 50 ribu kami pecah untuk anak dua kuliah di Jayapura dan di Jawa. Anak-anak sekarang butuh biaya. Kami stres, stengah mati mencari uang. Maka hari ini dengan hati lembut kami ingin perubahan."ungkapnya.

Penuturan Lusia yang berjuang mati-matian demi pendidikan anak-anaknya dan kebutuhan keluarganya dari aktifitas sebagai penjual sayur, menyentuh nurani Samaun Dahlan. Matanya Berkaca-Kaca. 

"Luar biasa, saya salut dengan mama. Hidup susah tetapi masih tetap berusaha kasih sekolah anak-anak. Ini hal yang sangat luar biasa."ucap Samaun. 

Samaun berjanji akan memberikan perubahan untuk Kabupaten Fakfak termasuk perekonomiannya. 

Lusia Nauw merupakan satu dari sekian banyak Ibu-ibu yang merasakan himpitan ekonomi saat ini. Kesulitan itu justru menjadi pemicu agar tetap bekerja keras menyangga ekonomi keluarga mereka. (Ar) 



0 Komentar

Lowongan Wartawan oleh Media 1detik