Kritik Sikap Kinerja Satpol-PP dan Dinsos Kota Cirebon Terhadap Pengamen dan Manusia Silver


 Cirebon,1detik.info-

Kritik Sikap Kinerja Satpol-PP dan Dinsos Kota Cirebon terhadap Pengamen dan Manusia Silver


Oleh: Niko ( Wartawan )


Cirebon - Keberadaan para pengamen dan manusia silver di persimpangan jalan ramai di Kota Cirebon, terutama di perempatan lampu merah Bypass Jl. Brigjen Darsono, pada pukul 15:00 hingga malam hari, sering kali mengundang perhatian masyarakat. Meskipun mereka tidak melakukan tindakan kriminal atau memaksa para pengendara untuk memberikan uang receh, situasi ini menjadi perhatian khusus bagi pihak Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) dan Dinas Sosial (Dinsos) Kota Cirebon.


Kondisi ini lebih memperihatinkan daripada meresahkan, terutama mengingat mayoritas pengamen dan manusia silver adalah remaja, bahkan anak-anak di bawah usia remaja. Mereka nekat masuk ke tengah keramaian kendaraan yang berhenti saat lampu lalu lintas berwarna merah untuk mencari belas kasihan, yang menimbulkan risiko bagi diri mereka sendiri dan orang lain.


Kepala Satpol-PP Kota Cirebon  Edi Siswoyo, telah mengambil langkah penertiban yang intensif. Upaya tersebut melibatkan pengejaran hingga ke gang-gang kecil di sekitar permukiman penduduk mengejar para pengamen dan manusia silver yang kabur. Meskipun tindakan ini mendapat apresiasi dari segi kecepatan dan ketanggapannya, cara penanganan para pengamen dan manusia silver setelah penangkapan justru menimbulkan kontroversi.


Saya, Niko, bersama rekan Eka, dari media Kinerjaekselen dan bagian dari Persatuan Wartawan Republik Indonesia (PWRI), menyaksikan langsung proses penertiban hingga pembinaan di kantor Satpol-PP di Jl. Pangeran Drajat No. 49, Kecamatan Kesambi. Para pengamen dan manusia silver yang tertangkap diperlakukan dengan cara yang dianggap kurang manusiawi. Mereka dipaksa membuka pakaian, duduk di halaman beraspal, dan dikenai berbagai sanksi fisik seperti berlari bolak-balik dan berjalan bergendongan.


Salah satu insiden yang menjadi sorotan adalah ketika seorang pengamen dengan rambut panjang sebahu dipotong rambutnya secara asal oleh anggota Satpol-PP. Tindakan ini menimbulkan reaksi keras dari kami awak media, karena masalah rambut adalah bagian dari mahkota kepala yang tidak ada kaitan dengan pelanggaran hukum. Tindakan serupa juga dialami oleh dua anak manusia silver yang dipaksa bertelanjang dada dengan kondisi kepala dan rambut masih ada cat berwarna silver. Mereka disiram air mineral kemasan oleh salah satu anggota Satpol-PP saat Kepala Satpol-PP Edi Siswoyo memberikan nasihat agar mereka mencari pekerjaan yang lebih baik dan terhormat.


Meskipun tujuan dari tindakan ini adalah untuk memberikan efek jera, metode yang digunakan justru dinilai tidak adil dan tidak efektif. Para pengamen dan manusia silver tersebut berasal dari kalangan yang kurang beruntung secara ekonomi, dan tindakan represif seperti ini hanya memperburuk situasi berhubung secara mental dan karakter mereka para anak jalanan sangat berbeda dengan mental dan karakter anak rumahan yang berpendidikan di sekolah favorit.


Setelah penangkapan, mereka didata dan diserahkan kepada Dinsos sebelum akhirnya dilepaskan kembali tanpa solusi. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas penertiban tersebut, terutama ketika diketahui bahwa masih banyak penjual minuman keras dekat permukiman yang tidak ditertibkan. Padahal, hal tersebut lebih berbahaya bagi generasi muda, namun masih dibiarkan tanpa segera diambil tindakan. Hampir setiap hari, berita tentang aksi tawuran genk motor liar bersenjata tajam selalu muncul di media, dan para pelakunya terindikasi dalam pengaruh minuman keras.


Sebagai solusi, pihak berwenang diharapkan dapat merangkul para pengamen dan manusia silver dengan cara yang lebih manusiawi. Misalnya, mengumpulkan mereka di satu tempat yang layak, memberikan snack, dan berbicara dari hati ke hati untuk memahami kondisi mereka, karena kita tidak pernah tahu permasalahan kehidupan ekonomi mereka. Diperlukan pendekatan yang lebih lembut dan berfokus pada pemberdayaan, agar mereka bisa mendapatkan peluang pekerjaan yang terhormat dengan pengarahan yang tepat. Cara seperti itu akan menjadi sebuah apresiasi sangat baik dan nama baik menjadi prestasi luar biasa, walaupun akan butuh perjuangan yang tak mudah, karena para pengamen dan manusia silver sebelumnya merasa menjadi target penertiban Satpol-PP.


Dengan perlakuan yang layak dan manusiawi, diharapkan para pengamen dan manusia silver ini bisa memiliki masa depan yang lebih baik. Tugas kita adalah memberikan arahan dan dukungan yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini juga agar pekerjaan ini tidak menjadi sebuah pekerjaan musiman Satpol-PP dan Dinsos yang tak pernah tuntas, setelah ditangkap didata lalu dilepas kembali tanpa solusi. Ini bisa dianggap sebagai kegiatan kerja hanya untuk sekedar bahan laporan kerja dan dokumentasi tanpa prestasi.

(Eka)

0 Komentar

KLIK DISINI Untuk MENDAFTAR
Cari Semua Kebutuhanmu Disini!