Wanita di Jambi Diduga Pengidap Pedofilia dan Eksibisionis, Apa Bisa Sembuh?

 


1Detik - Yunita Sari Anggraini alias YS, ibu muda berusia 20 tahun di Jambi telah ditetapkan sebagai tersangka pencabulan terhadap 17 anak. Wanita muda itu bahkan diduga mengidap kelainan seksual pedofil hingga eksibisionis.
Dalam menjalankan aksinya, Nita alias YS menyuruh korban anak laki-laki menyentuh payudaranya, lalu memegang kemaluan mereka. Sementara korban perempuan disuruh mengintip saat dia dan suaminya sedang berhubungan intim.

Dia berusaha mendapat perhatian para korban dengan memberi bonus tambahan waktu bermain PS di rental miliknya. Setelah itu baru dia beraksi.

Kepala UPTD PPA Jambi, Asi Noprini mengatakan tersangka melakukan aksinya karena mengalami kelainan seksual. Aksi pelecehan pada anak di bawah umur dan meminta mereka melihat pelaku melakukan hubungan intimnya masuk dalam kategori pedofil dan eksibisionis.

"Jadi kalau korbannya anak-anak ini kan masuk dalam kategori pedofil ya. Memang ini kan sudah masuk kelainan seksual, lalu kalau diminta melihat adegan tersangka hubungan intim sama suaminya itu masuk kategori eksibisionis di mana dia merasa puas ketika melakukan hal itu," kata Asi kepada detikSumut, Senin (6/2/2023).

Lantas apakah pedofil dan eksibisionis itu bisa diobati? Berdasarkan informasi di website resmi Psikologi Universitas Medan Area (UMA) yang dikutip detikSumut, Rabu (8/2/2023), tidak banyak pengidap kelainan seksual ini yang mau memeriksakan dirinya ke psikiater atau psikolog. Mereka cenderung menyembunyikannya karena merasa malu maupun alasan lainnya.

Padahal pengidap kelainan seksual ini dianjurkan untuk segera mendapat penanganan secara psikologis. Hal itu guna mencegah si pengidap membahayakan dirinya atau orang lain, bahkan melakukan tindakan kriminal.

Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan terhadap pengidap kelainan seksual ini. Untuk pengidap eksibisionis dapat dilakukan psikoterapi dan terapi obat, sedangkan untuk pedofil selain yang dua terapi tadi, dapat juga dilakukan pendekatan perilaku.

Terapi ekshibisionisme dilakukan psikiater menggunakan pilihan metode yang bervariasi dan sesuai dengan tingkat keparahan gangguan yang dialami pengidap. Begitu juga bagi pengidap pedofil, butuh waktu yang cukup panjang untuk penanganannya.

Metode terapi untuk eksibisionis:
1. Psikoterapi

Melalui psikoterapi, penderita akan menjalani sesi konseling individu atau gerombolan. Beberapa topik pernikahan pada konseling tadi bersifat khusus, mirip dengan topik atau keluarga. Psikoterapi diperlukan bisa membantu penderita untuk memperbaiki sikap dan kemampuan berinteraksi secara sosial.

2. Terapi Obat

Jenis obat yang diberikan bisa berupa penekan hormon, antidepresi, atau pengontrol mood. Obat-obatan ini umumnya bekerja menggunakan cara mengurangi dorongan seksual, akibatnya perilaku seksual yang menyimpang pun bisa ditekan.

Terapi buat gangguan ekshibisionisme bersifat jangka panjang dan keberhasilan terapi tergantung pada tiap individu. jika penderita memiliki impian untuk sembuh serta menjadi yang langsung lebih baik, maka peluang keberhasilan terapi pun akan lebih besar.

Terapi untuk kelainan seksual pedofil:
1. Psikoterapi

Penderita akan diminta untuk menjalani konseling dengan psikolog atau psikiater. Konseling ini bisa dilakukan individuak atau berkelompok. Psikoterapi yang diberikan biasanya dilengkapi dengan terapi rekreasional, terapi okupasi, pendidikan seks, dan aktivitas lain di beberapa fasilitas perawatan.

Terkadang konseling dikombinasikan dengan terapi pendekatan perilaku untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif.

2. Pendekatan Perilaku

Teknik ini bertujuan untuk meningkatkan atau memfasilitasi interaksi sosial yang memadai dengan sesama orang dewasa, meningkatkan keinginan seksual terhadap orang dewasa, menurunkan dorongan seksual pada anak-anak, serta mengurangi fantasi dan pikiran atau keinginan akan aktivitas seksual yang melibatkan anak-anak.

3. Pemberian obat-obatan

Dokter akan meresepkan obat-obatan yang berfungsi mengubah dorongan seksual penderita, atau menurunkan kadar hormon testosteron dalam tubuh. Selain itu, dokter juga mungkin akan meresepkan golongan obat jenis penghambat reuptake serotonin spesifik. Misalnya sertraline, fluvoxamine atau fluoxetine.

Obat-obatan ini telah terbukti efektif untuk mengatasi gangguan seksual dan memiliki efek samping yang lebih ringan daripada terapi hormon.




Sumber: detik.com





0 Komentar

Lowongan Wartawan oleh Media 1detik